Pengertian Penyakit Ain
Dalam konteks agama, ain mencakup makna yang luas. Namun secara sederhana, arti ain dalam bahasa arab adalah mata atau mata air. Sedangkan pengertian penyakit ain adalah penyakit yang timbul dari pandangan mata manusia, yang menyebabkan objek atau seseorang mengalami dampak mudarat atau akibat negatif.
Lalu bagaimana hal itu bisa terjadi? Untuk menjawabnya secara ilmiah, memang belum dapat di uraikan secara pasti. Hingga saat ini masih banyak hal atau hakikat atau sesuatu yang belum dapat dijelaskan dengan ilmu pengetahuan, salah satunya penyakit ain. Atau misalnya seperti Intuisi : Kemampuan orang tua untuk merasakan kesedihan atau kebahagiaan anak mereka yang jauh, bahkan tanpa komunikasi, Mimpi : Makna di balik mimpi atau kejadian nyata yang terjadi seperti didalam mimpi, terutama mimpi yang dianggap membawa pesan atau pertanda, Roh : Keberadaan roh, hantu, atau makhluk halus lainnya, Aura : Energi yang diyakini pada diri seseorang atau sebuah objek, Doa dan keajaiban : Pemulihan penyakit yang dianggap di luar kemampuan medis setelah seseorang berdoa dan lain sebagainya.
Jadi apakah ain itu ada? Islam mengajarkan kita untuk percaya terhadap hal ghaib, salah satunya adalah ain. Diantara dalil syariat yang menunjukkan adanya ain adalah firman Allah ”Sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka, tatkala mereka mendengar alquran dan mereka berkata : “Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-benar orang yang gila”. (QS. Al-Qalam ayat 51)
Makna tafsir “menggelincirkan kamu dengan pandangan” yang diamksud adalah ain, ditafsirkan juga sebagai pemikiran.
Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda :
“Ain itu benar-benar ada, andaikan ada sesuatu yang bisa mendahului takdir, sungguh ain itu yang bisa” (HR. Muslim no. 2188).
Kemudian dalil lainnya adalah dari Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu, Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda :
“Sebab paling banyak yang menyebabkan kematian pada umatku setelah takdir Allah adalah ain” (HR. Al Bazzar dalam Kasyful Astar [3/ 404], dihasankan oleh Al Albani dalam Shahih Al Jami’ no.1206).
Penyebab penyakit ain
Mengutip dari perkataan Syaikh Sulaiman Ar-Ruhaili di media sosial, menyatakan bahwa ain itu sangat buruk, bisa memberikan dampak buruk atas izin Allah Ta’ala dan ain itu ada dua jenis :
- Ain hasidah, adalah ain dari orang yang hasad (iri, dengki).
Dalil pandangan hasad bisa menyebabkan ain adalah (QS. Al-Qalam ayat 51), yang arti dan tafsirnya seperti disebutkan sebelumnya. Namun tidak semua orang yang hasad itu menimbulkan ain.
- Ain mu’jabah, adalah ain dari orang yang kagum (bahkan kagum pada diri sendiri).
Adapun dalil bahwa pandangan mata kagum bisa menimbulkan ain adalah (Ath Thibbun Nabawi, 118) “Orang yang memandang dengan pandangan kagum khawatir bisa menyebabkan ain pada benda yang ia lihat, maka cegahlah keburukan tersebut dengan mengucapkan : Allahumma baarik ‘alaih (Ya Allah berikan keberkahan kepadanya)”.
Seorang mukmin harus bisa seimbang di pertengahan, mampu memposisikan antara ifrath (berlebihan) dan tafrith (meremehkan).
Cara mencegah dan mengobati ain
Penyakit ain memang dipercaya keberadaannya. Namun secara medis penyakit ini belum memiliki bukti ilmiah yang kuat. Sehingga belum ada cara untuk mencegah dan mengobati ain secara kedokteran. Yang pertama perlu diingat adalah tidak sepatutnya seseorang terlalu berlebihan dalam menyikapinya, sehingga segala sesuatu dikaitkan dengan ain, sedikit-sedikit tertimpa masalah dikatakan terkena ain, hal ini tidak dibenarkan. Tetapi Jika merasa ada yang tidak beres dengan kondisi anda, penting untuk berkonsultasi dengan yang ahli dibidangnya, serta mengikuti anjuran syariat. Diantara syariat yang bisa kita lakukan adalah :
- Perbanyak membaca alquran serta dzikir pagi dan petang. diantara dzikir yang bisa dilakukan
A’udzu bikalimaatillahi taammaatim min syarri maa khalaqa
“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari segala macam keburukan yang diciptakan-Nya.” (HR. Ahmad 2/290)
2. Perbanyak membaca surat-surat Asy-Syifa (Surat pengobat), diantaranya dikutip dari Buku Ihya 345 Sunnah Nabawiyah, Wosa’ll wa Thuruq wa Amaliyah tulisan DR. Raghib As-Sirjani, dijelaskan bahwa Rasulullah memiliki cara khusus untuk menghindari dan menyembuhkan penyakit ain. Caranya dengan membaca surat Al-Mu’awwidzatain yaitu surat Al-Falaq dan An-Nas setiap malam sebelum tidur, dengan tambahan surat Al-Ikhlas.
3. Membaca doa-doa yang disyariatkan, seperti berdoa ketika hendak keluar rumah, berkendara, bercermin dan doa-doa lainnya. Diantara doa yang ada dalam hadis Ibnu Abbas radhiyallahu’anhu, bahwa Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam mendoakan Hasan dan Husain dengan doa :
Aku meminta perlindungan untuk kalian dengan kalimat Allah yang sempurna, dari gangguan setan dan racun, dan gangguan ain yang buruk”. Lalu Nabi bersabda: “Dahulu ayah kalian (Nabi Ibrahim) meruqyah Ismail dan Ishaq dengan doa ini” (HR. Abu Daud no. 4737, Ibnu Hibban no.1012, dishahihkan Syu’ain Al Arnauth dalam Takhrij Ibnu Hibban).
Hikmah dan faedah penyakit ain
Berikut ini beberapa hikmah dan faedah yang dapat diambil sebagai pelajaran mengenai ain.
- Setiap agama memiliki pandangan dan praktik yang berbeda-beda dalam memandang hal-hal yang bersifat gaib. Islam mengajarkan kita untuk beriman kepada hal-hal yang ghaib (diantaranya ain) dan senantiasa berhati-hati terhadap pengaruh negatifnya. Dengan percaya dan yakin kepada syariat secara benar, seorang muslim menunjukkan keimanannya kepada Allah Ta’ala dan ketaatannya terhadap firman-Nya.
2. Tidak meremehkan dan menganggap hal ghaib (dalam pembahasan ini adalah ain) tidak ada.
3. Jangan jadikan ain membuat kita terlalu takut hingga menyembunyikan segalanya, atau menganggap semua musibah dan keburukan dikarenakan ain, atau terlalu khawatir bahkan hingga menimbulkan kecemasan mengenai ain. Hal ini tidak dibenarkan, karena tidak ada larangan untuk menampakkan atau mempublish apa yang kita miliki atau lakukan, baik di dunia nyata ataupun didunia maya.
4. Yang terpenting adalah bagaimana kita bersikap dan mengambil pelajaran dari ain ini. Bagaimana kita bersikap terhadap apa yang kita publish, bukan untuk ria, sombong, tinggi hati dan hal negatif lainnya. (QS Al Kahf Ayat 39) dan mengapa ketika engkau memasuki kebunmu tidak mengucapkan “Masya Allah, la quwwata illa billah” (Sungguh, atas kehendak Allah, semua ini terwujud), tidak ada kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah, sekalipun engkau anggap harta dan keturunanku lebih sedikit daripadamu.
5. Selain itu juga ketika melihat sesuatu hendaknya tidak terlalu berlebihan dalam memuji atau iri hati, dengki dan hal negatif lainnya. Sebaiknya mendoakan keberkahan jika melihat perkara yang baik pada orang lain. Dengan mengucapkan “baarakallahu fiik” (semoga Allah memberkahimu), atau “masyaallahtabaarakallah” (segala sesuatu atas kehendak Allah, semoga Allah memberi keberkahan), atau “masyaallah laa haula wa laa quwwata illabillah tabaarakallah” (segala sesuatu atas kehendak Allah, tidak ada daya dan upaya kecuali dengan izin Allah, semoga Allah memberi keberkahan). Agar kita tidak menjadi penyebab ain bagi orang lain.
6. Islam mengajarkan agar kita tetap tunduk, bersyukur dan mengingat bahwa hal tersebut adalah dari dan karena Allah Ta’ala.
7. Tidak boleh menjadikan alquran sebagai jimat untuk mencegah ain. Demikian juga tidak boleh mencegah ain dengan tamimah (jimat). Hal ini tergolong dalam syirik (dosa besar).